Obrolan Penghuni Surga dan Penduduk Saqar
Surat Al-Muddassir adalah salah satu surat Makkiyah yang memiliki pesan mendalam tentang peringatan, tanggung jawab, dan konsekuensi atas amal perbuatan manusia.
Dalam ayat 42 hingga 47, Allah SWT menggambarkan dialog antara penghuni surga dan penghuni neraka, serta menjelaskan penyebab orang-orang celaka berada dalam neraka saqar.
"(Neraka Saqar itu) tidak meninggalkan (sedikit pun bagian jasmani) dan tidak membiarkan(-nya luput dari siksaan). (Neraka Saqar itu) menghanguskan kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)." (QS. Al-Muddassir: 28-30)
Berikut ini adalah pertanyaan yang diajukan oleh penghuni surga kepada mereka yang berada di neraka Saqar yang bertujuan untuk menyingkap alasan di balik nasib tragis mereka.
"Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?"
"Mereka menjawab, 'Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan salat dan kami (juga) tidak memberi makan orang miskin. Bahkan, kami selalu berbincang (untuk tujuan yang batil) bersama para pembincang, dan kami selalu mendustakan hari Pembalasan, hingga datang kepada kami kematian.'"
Dalam jawaban tersebut, penghuni neraka mengakui bahwa salah satu dosa besar mereka adalah meninggalkan kewajiban salat.
Salat, sebagai rukun Islam, adalah bentuk hubungan manusia dengan Allah SWT yang menjadi kewajiban utama setiap Muslim.
Selain meninggalkan salat, mereka juga tidak peduli terhadap hak-hak sosial, seperti membantu kaum dhuafa dan memberikan makanan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Hal itu menunjukkan bahwa mereka mengabaikan tanggung jawab sosial yang diperintahkan dalam Islam.
Mereka juga mengaku telah menghabiskan waktu dalam pembicaraan sia-sia dan bergabung dengan orang-orang yang lalai.
Ayat itu mengingatkan kita akan pentingnya menjaga perkataan dan waktu agar tidak terbuang sia-sia dalam hal yang tidak bermanfaat.
Salah satu dosa besar mereka adalah mendustakan hari kiamat dan tidak percaya pada adanya kehidupan setelah mati. Sikap ini membuat mereka mengabaikan perintah Allah dan hidup dengan penuh kelalaian.
Akhirnya, mereka baru menyadari kesalahan mereka ketika kematian menjemput. Namun, penyesalan di saat itu tidak lagi bermanfaat karena waktu untuk bertobat telah berakhir.
Surat Al-Muddassir ayat 42-47 memberikan pelajaran yang sangat penting bagi setiap Muslim. Berikut adalah poin-poin yang bisa kita ambil:
1. Salat bukan hanya kewajiban, tetapi juga bentuk komunikasi langsung dengan Allah. Meninggalkannya adalah tanda kelalaian yang serius dalam keimanan.
2. Memberikan makanan kepada orang miskin dan membantu sesama adalah manifestasi nyata dari keimanan. Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga hubungan sosial antarmanusia.
3. Waktu adalah nikmat yang sangat berharga. Menghabiskannya dalam pembicaraan atau perbuatan sia-sia adalah bentuk pemborosan yang merugikan diri sendiri.
4. Keyakinan pada adanya hari pembalasan adalah motivasi untuk terus berbuat baik. Mereka yang mendustakannya cenderung hidup tanpa pedoman dan batasan moral.
5. Penyesalan di saat kematian datang tidak akan mengubah nasib seseorang. Oleh karena itu, penting untuk memanfaatkan waktu di dunia untuk memperbaiki diri dan mendekatkan diri kepada Allah.
Sebagai umat Islam, kita dapat menjadikan ayat-ayat tersebut sebagai pengingat untuk selalu menjaga kewajiban ibadah kita, baik yang bersifat vertikal (salat dan ibadah kepada Allah) maupun horizontal (kepedulian terhadap sesama).
Kita juga diingatkan untuk tidak tergoda dengan aktivitas yang sia-sia dan menjaga iman kita agar tetap teguh pada keyakinan akan hari pembalasan.
Allah SWT melalui Al-Qur'an memberikan panduan agar kita dapat menjalani kehidupan ini dengan penuh makna dan tidak berakhir seperti penghuni neraka Saqar.
Semoga, kita semua dapat mengambil pelajaran dari ayat-ayat tersebut serta menjadi hamba yang lebih taat dan bermanfaat bagi orang lain.