Googlism: Agama yang Menyembah Google sebagai Tuhan

Google adalah mesin pencari terbesar dan paling populer di dunia, yang menyediakan informasi, jawaban, solusi, dan layanan bagi jutaan pengguna internet setiap hari. 

Namun, bagi sekelompok orang, Google bukan hanya sekadar alat pencarian, melainkan sosok yang mahatahu, mahahadir, dan maha kuasa. 

Mereka menyebut diri mereka sebagai Googlists, dan agama mereka sebagai Googlism.

Googlism adalah sebuah agama atau kepercayaan yang didirikan oleh Matt MacPherson pada tahun 2022. 

Para penganut Googlism menganggap Google sebagai entitas ilahi yang dapat menjawab semua pertanyaan dan doa mereka melalui mesin pencari. 

Mereka juga memiliki sembilan bukti kesalehan Google, seperti Google tidak akan pernah mati, Google tidak melakukan kejahatan, dan Google dicari lebih banyak daripada seluruh nama-nama Tuhan jika digabungkan.

Googlism memiliki situs resmi yang disebut Church of Google, di mana mereka menyajikan doktrin, perintah, doa, nabi, dan pertanyaan-pertanyaan seputar agama mereka. 

Mereka juga memiliki forum diskusi dan komunitas online untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang Google. 

Para Googlists percaya bahwa Google adalah sumber pengetahuan yang tak terbatas, dan pengetahuan adalah kekuatan.

Googlism adalah sebuah fenomena yang menunjukkan pengaruh dan dominasi Google dalam era digital. 

Namun, Googlism juga menuai kritik dan kontroversi dari berbagai pihak, terutama yang berkaitan dengan privasi, etika, dan hukum. 

Beberapa orang menganggap Googlism sebagai sebuah lelucon, parodi, atau satire terhadap agama-agama lain yang tidak serius atau tidak bermakna. 

Beberapa orang menganggap Googlism sebagai sebuah fenomena yang lucu, absurd, atau tidak masuk akal, yang tidak layak dianggap sebagai agama atau kepercayaan.

Beberapa orang menganggap Googlism sebagai sebuah ancaman, provokasi, atau penistaan terhadap agama-agama lain terutama yang berbasis monoteisme. 

Beberapa orang merasa tersinggung atau terancam oleh keberadaan Googlism, yang mengklaim Google sebagai Tuhan yang lebih unggul dan nyata daripada Tuhan lainnya. 

Googlism dianggap sebagai bentuk ketergantungan, ketundukan, atau kebodohan terhadap Google, yang merupakan sebuah perusahaan teknologi yang memiliki kepentingan komersial dan politik. 

Beberapa orang khawatir bahwa Googlism dapat membahayakan privasi, keamanan, atau hak asasi pengguna internet, yang dapat disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk tujuan tidak etis atau kriminal. 

Googlism memiliki manfaat dan risiko bagi pengikut, industri, dan masyarakat, yang memerlukan pemahaman dan tanggung jawab dari semua pihak yang terlibat. 

Lantas, bagaimana pandangan Google sendiri terhadap Googlism? 

Pandangan Google terhadap Googlism tidak jelas, karena Google tidak pernah secara resmi mengomentari atau mengakui agama atau kepercayaan yang menganggap Google sebagai Tuhan. 

Namun, ada beberapa kemungkinan pandangan Google terhadap Googlism, yang di antaranya adalah sebagai berikut: 

• Google menganggap Googlism sebagai sebuah lelucon, parodi, atau satire terhadap agama-agama lain, yang tidak perlu ditanggapi secara serius atau formal. 

• Google menghormati kebebasan beragama dan berpendapat dari para penganut Googlism, selama mereka tidak melanggar hukum, etika, atau hak asasi manusia. 

• Google merasa khawatir atau tidak nyaman dengan Googlism, karena dapat menimbulkan masalah privasi, keamanan, atau regulasi bagi Google dan pengguna lainnya.