Mendengarkan Radio Jaman Dulu: Kenangan Ngabuburit dengan Suara KH Zainuddin MZ

Di sudut kenangan masa kecil yang penuh dengan suka duka, ada satu dari beberapa tradisi yang selalu terpatri di hati setiap kali bulan puasa Ramadan tiba. 

Itu adalah ngabuburit, sebuah kegiatan menunggu waktu berbuka puasa yang tak hanya sekedar menghitung detik dan menit, tapi juga sarat dengan nilai dan kehangatan.

Kala itu, ngabuburit bukanlah tentang bermain gadget atau menonton televisi. Ngabuburit adalah saat-saat dimana anak-anak berkumpul di teras rumah, bermain gambar, kelereng, atau congklak, sementara para ibu sibuk di dapur menyiapkan takjil dan menu buka puasa. 

Sementara, kakek dengan khusyuk duduk di kursi beranda sambil membaca surat pendek dari mushaf yang sudah usang.

Dan di antara suara gemericik air sungai dan kicauan burung yang hendak pulang ke sarangnya, terdengar suara merdu dari radio jaman dulu di pojok ruang tamu. 

Itu adalah suara KH Zainuddin MZ, sang Da'i Sejuta Umat, yang dengan penuh semangat menyampaikan ceramahnya. 

Suaranya yang khas, penuh dengan intonasi yang menghidupkan, membuat siapa saja yang mendengar menjadi terpaku.

Ceramahnya bukan hanya sekedar cerita, tapi juga pelajaran hidup yang disampaikan dengan cara yang mudah dipahami. 

Dari kisah para nabi, sahabat, hingga teladan-teladan dalam kehidupan sehari-hari, KH Zainuddin MZ selalu tahu bagaimana mengaitkan semuanya dengan kehidupan umat Islam modern.

Sambil menunggu adzan Maghrib berkumandang, kami terkadang hanyut dalam cerita dan nasihat yang beliau sampaikan. 

Ada rasa damai yang sulit dijelaskan dengan kata-kata, sebuah ketenangan yang hanya bisa dirasakan ketika hati dan pikiran bersatu dalam kebaikan.

Ngabuburit dengan mendengarkan ceramah KH Zainuddin MZ melalui radio adalah kenangan yang akan selalu terkenang. 

Itu adalah momen dimana teknologi belum sekompleks sekarang, namun kebersamaan dan kehangatan justru terasa lebih nyata. 

Mungkin, itulah esensi sebenarnya dari ngabuburit, bukan hanya menunggu waktu berbuka, tapi juga mengisi jiwa dengan kebaikan yang akan terus mengalir meski Ramadan telah berlalu.