Manfaat Teh Hijau dan Tinjauan Komprehensif Berdasarkan Penelitian

Teh hijau, yang berasal dari tanaman Camellia sinensis, merupakan minuman yang sangat populer di seluruh dunia. Minuman ini memiliki sejarah panjang dalam pengobatan tradisional di berbagai negara seperti India, Cina, dan Jepang. Minat ilmiah terhadap potensi manfaat kesehatan #teh hijau terus meningkat, yang tercermin dalam banyaknya penelitian yang dilakukan untuk menguji khasiatnya. Postingan ini bertujuan untuk menyajikan tinjauan komprehensif dan berbasis bukti mengenai manfaat kesehatan teh hijau, berdasarkan penelitian terkini yang tersedia. 

Komposisi Nutrisi Teh Hijau

Kandungan nutrisi dalam seduhan teh hijau tergolong minimal. Setelah diseduh, minuman teh hijau sebagian besar terdiri dari air dan mengandung kurang dari 3 kalori per 240 ml. Tidak terdapat jumlah protein, lemak, karbohidrat, serat, atau gula yang terukur dalam seduhan teh hijau. Bahkan, teh hijau dianggap bukan sumber signifikan dari makronutrien per cangkir. Produk teh hijau siap minum seperti Iced Green Tea dari Starbucks juga dilaporkan memiliki 0 kalori. Fakta nutrisi dari berbagai sumber seperti Nutritionix dan NutritionValue mengonfirmasi kandungan makronutrien yang sangat sedikit ini. 

Meskipun kandungan makronutriennya rendah, teh hijau mengandung sejumlah kecil mineral yang dapat terakumulasi tergantung pada asupan. Beberapa mineral yang terkandung dalam jumlah sedikit termasuk magnesium, yang berperan dalam mengontrol gula darah; kalium, yang penting untuk menjaga hidrasi; dan selenium, yang mendukung sistem kekebalan tubuh. Mineral lain seperti kalsium, zat besi, dan mangan juga ditemukan dalam jumlah kecil. Kandungan vitamin dalam teh hijau, seperti Vitamin D, juga sangat kecil. 

Kekuatan utama teh hijau terletak pada kandungan senyawa bioaktifnya, terutama polifenol, yang mencakup berbagai jenis katekin. Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) adalah katekin yang paling banyak dan paling banyak diteliti dalam teh hijau. Katekin lain yang juga terdapat dalam teh hijau adalah epicatechin (EC), epicatechin-3-gallate (ECG), dan epigallocatechin (EGC). Selain itu, teh hijau mengandung flavonoid lain seperti quercetin dan theaflavin. Asam amino L-theanine, yang dikenal memiliki efek menenangkan dan meningkatkan fungsi kognitif, juga merupakan komponen penting dalam teh hijau. Terakhir, teh hijau mengandung kafein dengan kadar yang bervariasi antara 28 hingga 50 mg per cangkir 240 ml. 

Teh Hijau dan Kesehatan Kardiovaskular

Berbagai penelitian ilmiah menunjukkan bahwa teh hijau memiliki dampak positif terhadap kesehatan jantung. Beberapa studi mengindikasikan bahwa teh hijau dapat membantu menurunkan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL ("jahat"). Sebuah meta-analisis menunjukkan adanya penurunan signifikan pada kadar kolesterol total dan LDL dengan konsumsi teh hijau. Polifenol dalam teh hijau diduga dapat menghambat penyerapan lipid dan memfasilitasi konversi kolesterol menjadi asam empedu. 

Katekin dalam teh hijau diyakini berkontribusi pada efek ini dengan menginduksi enzim antioksidan dan menangkal radikal bebas. Selain itu, sebuah tinjauan menemukan bahwa teh hijau membantu menurunkan LDL dan kolesterol total. Penelitian juga menunjukkan bahwa teh hijau dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL ("baik"). Namun, perlu dicatat bahwa tinjauan tahun 2022 pada hewan menunjukkan efek penurunan kolesterol, tetapi efek yang sama tidak ditemukan dalam penelitian pada manusia. Meta-analisis terhadap enam studi di luar Jepang melaporkan penurunan berat badan yang tidak signifikan dan tidak secara khusus berfokus pada kolesterol dalam konteks tersebut. 

Selain efeknya pada kolesterol, konsumsi teh hijau juga terbukti dapat memengaruhi tekanan darah. Meta-analisis menunjukkan bahwa konsumsi teh hijau dapat menyebabkan penurunan signifikan pada tekanan darah sistolik. Asupan teh hijau secara teratur juga dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik. Flavonoid dalam teh hijau diduga dapat melebarkan pembuluh darah dan menjaganya tetap fleksibel, sehingga meningkatkan aliran darah dan berpotensi menurunkan tekanan darah tinggi. Sebuah tinjauan tahun 2022 menyarankan bahwa minum teh hijau secara teratur dapat menurunkan berbagai faktor risiko penyakit jantung, termasuk tekanan darah. Meskipun demikian, tinjauan dari CEBM mengingatkan bahwa teh hijau tidak boleh dianggap sebagai pengganti penanganan medis untuk hipertensi. 

Penelitian lebih lanjut menyoroti potensi teh hijau dalam mengurangi risiko stroke dan penyakit jantung. Sebuah studi tahun 2023 menemukan bahwa minum dua hingga empat cangkir teh hijau setiap hari dapat menurunkan risiko stroke hingga 24%. Studi kohort besar di Jepang menunjukkan penurunan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular (CVD) sebesar 22-33% dengan konsumsi harian 2 cangkir teh hijau. Analisis terhadap berbagai studi menemukan bahwa peserta yang minum teh hijau paling banyak mengalami penurunan risiko penyakit arteri koroner sebesar 28%. Senyawa EGCG dalam teh hijau berpotensi membantu memecah plak di pembuluh darah, meskipun jumlah yang dibutuhkan melalui konsumsi teh sangat tinggi. British Heart Foundation (BHF) berpendapat bahwa mengganti teh biasa dengan teh hijau saja kemungkinan tidak akan memberikan perbedaan besar terhadap kesehatan jantung; gaya hidup sehat secara keseluruhan lebih penting. Studi berbasis populasi menunjukkan bahwa sifat antioksidan teh hijau dapat membantu mencegah aterosklerosis dan penyakit arteri koroner. Tinjauan tahun 2022 juga menyarankan bahwa konsumsi teh hijau secara teratur dapat menurunkan berbagai faktor risiko penyakit jantung. 

Pengaruh Teh Hijau terhadap Fungsi Otak dan Kewaspadaan Mental

Teh hijau menunjukkan efek positif yang beragam pada fungsi otak. Penelitian menunjukkan bahwa minum teh hijau dapat meningkatkan kognisi, suasana hati, dan fungsi otak secara keseluruhan. Kandungan L-theanine dalam teh hijau dapat meredakan kecemasan dan stres. Beberapa studi menemukan bahwa L-theanine juga dapat meningkatkan daya ingat. Sebuah penelitian terhadap orang dewasa paruh baya dan lanjut usia menemukan bahwa peminum teh hijau yang sering memiliki risiko kehilangan memori atau masalah konsentrasi 64% lebih rendah. 

Studi lain pada individu dengan penurunan kognitif menunjukkan bahwa teh hijau menurunkan biomarker yang terkait dengan penyakit Alzheimer. Studi tahun 2020 mengaitkan konsumsi teh hijau dengan penurunan risiko gangguan kognitif sebesar 64% pada orang dewasa yang lebih tua. Bahkan, teh hijau panggang juga berpotensi meningkatkan kinerja kognitif, kemungkinan karena senyawa aromatik yang terkandung di dalamnya. Sebuah studi juga menunjukkan peningkatan kecepatan reaksi, memori, dan perhatian dengan konsumsi teh hijau. 

Selain manfaat jangka panjang, teh hijau juga dapat meningkatkan kewaspadaan mental dan fokus. Teh hijau mengandung kafein, stimulan yang dikenal dapat meningkatkan perhatian dan kewaspadaan. L-theanine dalam teh hijau memiliki efek menenangkan namun juga meningkatkan kewaspadaan dan fokus, bekerja secara sinergis dengan kafein tanpa menyebabkan efek samping gelisah yang sering dikaitkan dengan konsumsi kafein sendiri. Sebuah studi menemukan bahwa ekstrak teh hijau meningkatkan memori kerja. Konsumsi teh hijau panggang juga menghasilkan kinerja tugas yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi air dalam sebuah penelitian. 

Penelitian terbaru juga menyoroti potensi teh hijau dalam memberikan neuroproteksi dan mengurangi risiko demensia. Sebuah studi baru menunjukkan adanya hubungan antara konsumsi teh hijau yang lebih tinggi dengan lebih sedikit lesi pada materi putih otak, yang merupakan karakteristik demensia. Individu yang mengonsumsi 600–1500 ml teh hijau setiap hari mengalami lesi materi putih yang secara signifikan lebih sedikit. 

Efek ini lebih menonjol pada peserta tanpa depresi dan alel ApoE ε4. Sifat neuroprotektif katekin seperti EGCG, yang melawan stres oksidatif dan peradangan, diduga berkontribusi pada manfaat ini. Studi tahun 2020 menunjukkan bahwa teh hijau terkait dengan kadar penanda penyakit Alzheimer yang lebih rendah. Namun, sebuah studi tahun 2023 melaporkan bahwa minum terlalu banyak teh (lebih dari 13 cangkir sehari) justru dapat meningkatkan risiko Alzheimer. Dampak positif pada lesi materi putih mungkin disebabkan oleh efek antihipertensi teh hijau. 

Potensi Peran Teh Hijau dalam Pengelolaan Berat Badan

Teh hijau menunjukkan potensi dalam membantu pengelolaan berat badan melalui berbagai mekanisme. Teh hijau mengandung zat yang dapat meningkatkan metabolisme dan pemecahan lemak. Kafein dan katekin dalam teh hijau dapat bekerja sama untuk meningkatkan pembakaran kalori dengan menstimulasi sistem saraf. EGCG dapat membantu mengurangi penanda yang terkait dengan obesitas dan membantu oksidasi lemak. Sebuah tinjauan tahun 2022 menemukan bahwa pengaruh positif teh hijau terhadap metabolisme meningkat dengan olahraga. 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak teh hijau dapat meningkatkan tingkat metabolisme istirahat (RMR). Studi juga mengindikasikan bahwa teh hijau dapat meningkatkan pengeluaran energi dan oksidasi lemak. Sebuah studi tahun 2018 menemukan bahwa minum teh hijau Matcha sebelum berolahraga membantu meningkatkan oksidasi lemak yang diinduksi oleh olahraga. Satu studi pada pria menemukan bahwa ekstrak teh hijau sebelum berolahraga meningkatkan pembakaran lemak sebesar 17%. Studi lain pada wanita menunjukkan peningkatan pembakaran lemak selama berolahraga dengan konsumsi teh hijau. 

Dalam hal penurunan berat badan dan indeks massa tubuh (BMI), meta-analisis tahun 2023 menemukan bahwa suplementasi teh hijau secara signifikan mengurangi berat badan, BMI, dan lingkar pinggang pada wanita dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Tinjauan tahun 2020 menyarankan pengurangan berat badan yang lebih signifikan dengan dosis yang lebih rendah (<500 mg per hari) untuk durasi yang lebih lama (12 minggu). Tinjauan tahun 2022 lainnya pada hewan menunjukkan penurunan kolesterol dan trigliserida tetapi tidak pada manusia. 

Sebuah studi tahun 2022 menemukan bahwa minum empat cangkir atau lebih setiap hari dikaitkan dengan kemungkinan obesitas perut 44% lebih rendah pada wanita. Tinjauan tahun 2024 menemukan bahwa suplemen teh hijau dan olahraga dapat membantu pengelolaan berat badan. Namun, NIH menyarankan bahwa efek keseluruhan teh hijau pada penurunan berat badan kemungkinan kecil. Meta-analisis tahun 2023 menyoroti hasil yang beragam mengenai efektivitasnya untuk penurunan berat badan. Meta-analisis studi di luar Jepang menunjukkan penurunan berat badan yang tidak signifikan. Efek teh hijau saja pada penurunan berat badan mungkin kecil (sekitar 1 kg). 

Teh hijau tampaknya tidak menyebabkan perubahan signifikan pada hormon rasa lapar dan kenyang. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teh hijau dapat membantu menghilangkan lemak visceral. Satu studi menemukan bahwa minum teh hijau sebelum sarapan meningkatkan pengeluaran energi tetapi juga rasa lapar. Konsumsi teh hijau yang dipadukan dengan latihan olahraga dapat menghasilkan hasil penurunan berat badan yang lebih besar. Sebuah meta-analisis mengindikasikan bahwa konsumsi teh hijau kemungkinan efektif dalam mengurangi berat badan dan BMI pada individu obesitas, dengan hasil yang lebih baik bila dikombinasikan dengan diet dan olahraga. 

Kandungan Antioksidan dalam Teh Hijau dan Manfaatnya bagi Tubuh

Teh hijau merupakan sumber alami antioksidan yang kaya, terutama polifenol. Katekin adalah jenis utama polifenol, dengan EGCG sebagai yang paling banyak dan paling kuat. Antioksidan lain termasuk flavonoid seperti quercetin dan theaflavin. 

Antioksidan bekerja dengan menetralkan radikal bebas, mencegah atau mengurangi kerusakan sel dan DNA. Polifenol dalam teh hijau dapat menangkal spesies oksigen reaktif dan mengkelat logam transisi. Mereka juga dapat bertindak sebagai pro-oksidan dalam kondisi tertentu. EGCG menghambat produksi spesies nitrogen reaktif (RNS). Polifenol teh dapat menginduksi ekspresi enzim antioksidan dan menghambat kerusakan oksidatif DNA. 

Antioksidan dalam teh hijau dapat membantu melawan peradangan dan diabetes. Mereka terkait dengan pencegahan kanker dan dapat meningkatkan kekebalan terhadap penyakit seperti Diabetes Tipe 2, Alzheimer, dan penyakit jantung dengan menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan peradangan. Antioksidan ini berpotensi meningkatkan umur panjang dengan mengurangi peradangan dan melindungi terhadap kerusakan sel, serta melindungi otak dari penuaan dan meningkatkan kesehatan mulut. 

Mereka juga dapat menawarkan perlindungan terhadap berbagai penyakit kronis. Efek antioksidan polifenol dalam teh hijau tampaknya lebih besar daripada vitamin C. Fitokimia dalam teh hijau dapat menetralkan ROS dan RNS endogen yang berlebihan, mengurangi fotoaging , serta meningkatkan kandungan serat kolagen dan elastin dalam kulit, memberikan efek anti-kerut. 

Potensi Manfaat Teh Hijau dalam Mencegah atau Mengurangi Risiko Penyakit Tertentu

Teh hijau menunjukkan potensi dalam mencegah atau mengurangi risiko berbagai penyakit. Studi berbasis populasi menunjukkan bahwa teh hijau dapat membantu melindungi terhadap kanker , dengan tingkat kanker cenderung lebih rendah di negara-negara dengan konsumsi teh hijau yang tinggi. Polifenol dalam teh hijau dapat membantu membunuh sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Penelitian mengaitkan konsumsi teh hijau dengan penurunan risiko beberapa jenis kanker, seperti kanker paru-paru dan ovarium, meskipun buktinya beragam. 

Studi juga menunjukkan potensi manfaat terhadap kanker payudara, usus besar, esofagus, hati, paru-paru, prostat, dan perut. EGCG adalah komponen utama yang diteliti dalam penelitian kanker, dengan berbagai mekanisme seperti menghambat angiogenesis dan mempromosikan apoptosis. Satu studi menemukan bukti lemah penurunan kekambuhan kanker payudara pada wanita yang mengonsumsi lebih dari 3 cangkir teh hijau setiap hari. Namun, hasil keseluruhan studi tentang teh hijau dan kanker masih belum konsisten. 

Teh hijau juga berpotensi mengelola dan mencegah diabetes tipe 2 dengan mengurangi resistensi insulin. Beberapa bukti menunjukkan bahwa antioksidan dalam teh hijau dapat mengurangi resistensi insulin. Penelitian menyarankan bahwa L-theanine dapat mencegah diabetes. Studi menunjukkan bahwa teh hijau membantu meningkatkan gula darah (glukosa) dan sensitivitas insulin. 

Tinjauan tahun 2020 menemukan bahwa teh hijau dapat membantu mengurangi gula darah dalam jangka pendek. Sebuah studi tahun 2021 menyarankan kemungkinan kematian akibat diabetes tipe 2 10% lebih rendah bagi peminum teh hijau setiap hari. Namun, tinjauan lain tidak menemukan efek pada penanda gula darah pada orang dengan diabetes tipe 2. Ekstrak teh hijau mungkin membantu mengobati diabetes perbatasan. 

Selain itu, teh hijau dapat menurunkan risiko osteoporosis dengan meningkatkan pembentukan tulang dan perlindungan terhadap kehilangan massa tulang. Minum teh hijau dapat membantu mencegah stroke dan melindungi terhadap penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer. Teh hijau juga dapat membantu kesehatan mulut dengan mengurangi periodontitis dan karies gigi , serta mencegah penyakit inflamasi. Studi pendahuluan menunjukkan manfaat untuk kanker kulit (topikal), displasia serviks, dan kanker prostat (ekstrak oral). 

Berkumur dengan katekin teh hijau menunjukkan potensi dalam mencegah influenza. Ekstrak teh hijau oral mungkin membantu mencegah pilek dan flu. Permen teh hijau menunjukkan bukti lemah dalam mengurangi peradangan gusi. Teh hijau juga dapat membantu mencegah penyakit hati dan melindungi hati dari zat beracun. Krim teh hijau mungkin bermanfaat untuk rosacea , dan ekstrak teh hijau oral dapat mengurangi gejala hiperplasia prostat jinak. 

Cara Terbaik untuk Mengonsumsi Teh Hijau agar Mendapatkan Manfaat Maksimal

Untuk memaksimalkan penyerapan antioksidan dari teh hijau, disarankan untuk menyeduhnya dengan air mendidih (sekitar 100°C atau 212℉) hingga 4 menit. Menyeduh selama 5 menit pada suhu ini lebih baik untuk kapasitas antioksidan. Penggunaan air antara 70-82°C (160-180°F) juga direkomendasikan. Untuk teh hijau yang lebih halus seperti gyokuro atau matcha, suhu 70°C lebih disukai untuk menghindari rasa pahit. Penyeduhan dingin yang diperpanjang (minimal 2 jam) juga merupakan metode yang baik untuk ekstraksi antioksidan. 

Waktu konsumsi teh hijau juga penting. Minum teh hijau di pagi hari saat perut kosong dapat membantu penyerapan antioksidan. Namun, hal ini dapat menyebabkan iritasi perut pada beberapa orang karena kandungan taninnya. Umumnya, yang terbaik adalah minum teh hijau 1-2 jam setelah makan untuk menghindari gangguan penyerapan nutrisi, terutama zat besi. 

Hindari minum teh hijau segera setelah makan karena dapat menghambat penyerapan nutrisi. Konsumsi di malam hari sebaiknya dihindari karena kandungan kafeinnya dapat mengganggu tidur. Bagi individu yang sensitif terhadap kafein, disarankan untuk tidak mengonsumsi teh hijau setidaknya 5-6 jam sebelum tidur. Minum teh hijau sebelum latihan intensitas sedang dapat meningkatkan pembakaran lemak. 

Kombinasi makanan dan minuman juga dapat memengaruhi manfaat teh hijau. Mengonsumsi teh hijau dengan makanan kaya vitamin C (misalnya, lemon, jeruk, stroberi) dapat meningkatkan penyerapan antioksidan. Menambahkan perasan lemon dapat meningkatkan ketersediaan katekin hingga lima kali lipat. 

Hindari menambahkan susu, karena kasein dapat menghambat penyerapan fitonutrien yang bermanfaat. Susu kedelai tanpa pemanis bisa menjadi alternatif jika diperlukan. Hindari minum teh hijau bersamaan atau setelah makan kaya zat besi atau suplemen zat besi karena dapat mengurangi penyerapan zat besi. 

Pertimbangan lain termasuk menggunakan teh yang segar dan baru dipanen untuk rasa yang lebih baik dan kandungan nutrisi yang lebih tinggi. Simpan teh dalam wadah kedap udara, jauh dari panas, cahaya, kelembaban, dan bau yang kuat. Batasi konsumsi hingga 2-3 cangkir sehari untuk menghindari potensi toksisitas atau kerusakan hati akibat konsumsi berlebihan. 

Para ahli umumnya merekomendasikan hingga 8 cangkir sehari. Jangan menggunakan kembali kantong teh hijau lebih dari satu atau dua kali karena kandungan kafein yang tinggi dan risiko kontaminasi mikroba. Penggunaan teh daun lebih disukai. Tingkatkan asupan air putih karena teh hijau dapat memiliki efek diuretik. 

Kemungkinan Efek Samping atau Kontraindikasi dari Konsumsi Teh Hijau

Konsumsi teh hijau umumnya aman dalam jumlah sedang, namun dapat menimbulkan efek samping pada beberapa individu. Efek samping umum termasuk mual, diare, sakit perut, sakit kepala, dan pusing. Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan muntah. 

Kandungan kafein dapat menyebabkan kecemasan, insomnia, dan gugup, serta sakit kepala pada individu yang sensitif terhadap kafein. Teh hijau juga dapat mengganggu tidur jika dikonsumsi terlalu dekat dengan waktu tidur dan dapat menurunkan penyerapan zat besi, berpotensi menyebabkan anemia atau memperburuk defisiensi zat besi. 

Iritasi perut atau refluks asam juga dapat terjadi, terutama jika dikonsumsi saat perut kosong atau diseduh terlalu kuat. Kafein dalam teh hijau juga dapat memiliki efek laksatif. Gejala penarikan seperti sakit kepala dan mudah tersinggung dapat terjadi jika konsumsi teh hijau dihentikan secara tiba-tiba setelah penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi. 

Efek samping yang lebih serius dan kontraindikasi juga perlu diperhatikan. Meskipun jarang, masalah hati telah dilaporkan, terutama dengan ekstrak teh hijau dalam bentuk pil. Individu dengan varian gen tertentu mungkin lebih rentan. 

Detak jantung yang cepat atau tidak teratur dapat terjadi karena kandungan kafein, serta perubahan mental/suasana hati seperti gugup atau kebingungan. Gemetar (tremor) dan kejang adalah kemungkinan efek samping serius. Reaksi alergi (ruam, gatal, bengkak, kesulitan bernapas) jarang terjadi tetapi memerlukan bantuan medis segera. 

Teh hijau harus digunakan dengan hati-hati atau dihindari oleh individu dengan anemia, gangguan perdarahan, masalah jantung (detak jantung tidak teratur, serangan jantung baru-baru ini), diabetes, glaukoma, masalah perut/usus (ulkus, GERD), penyakit hati, dan gangguan kecemasan. Tidak direkomendasikan untuk individu dengan sindrom iritasi usus besar (IBS). Kehati-hatian juga disarankan bagi mereka yang memiliki kadar kalsium rendah atau osteoporosis. 

Teh hijau dapat berinteraksi dengan beberapa obat, termasuk nadolol (beta-blocker), atorvastatin (penurun kolesterol), ephedrine (stimulan), adenosine/dipyridamole (tes stres jantung), antibiotik quinolone, pil KB, cimetidine (Tagamet), clozapine (Clozaril), disulfiram (Antabuse), estrogen, fluvoxamine (Luvox), raloxifene (osteoporosis). Teh hijau dapat mengurangi efektivitas nadolol dan atorvastatin dengan menurunkan penyerapannya. 

Kombinasi dengan ephedrine atau stimulan lain dapat menyebabkan stimulasi berlebihan dan masalah jantung. Teh hijau juga dapat mengganggu tes stres jantung menggunakan adenosine atau dipyridamole dan meningkatkan risiko efek samping kafein bila dikonsumsi dengan antibiotik tertentu, pil KB, cimetidine, clozapine, disulfiram, estrogen, dan fluvoxamine. Selain itu, teh hijau dapat menurunkan efektivitas raloxifene dan berinteraksi dengan suplemen herbal lain yang memengaruhi pembekuan darah. 

Wanita hamil harus membatasi asupan kafein, karena teh hijau mengandung kafein dan dapat menurunkan kadar asam folat. Konsultasi dengan dokter dianjurkan. Kafein dapat masuk ke dalam ASI dan memengaruhi bayi yang menyusu, berpotensi menyebabkan rewel dan gangguan tidur. Konsumsi sedang biasanya dapat diterima, tetapi kadar tinggi harus dihindari. 

Kesimpulan

Penelitian yang tersedia menunjukkan bahwa teh hijau memiliki berbagai manfaat kesehatan yang potensial, terutama terkait dengan kesehatan kardiovaskular, fungsi kognitif, dan potensi peran dalam pengelolaan berat badan serta pencegahan penyakit. Manfaat ini sebagian besar disebabkan oleh kandungan antioksidannya yang kaya. 

Untuk memaksimalkan manfaat ini, penting untuk memperhatikan cara konsumsi teh hijau yang optimal. Meskipun demikian, konsumsi teh hijau juga dapat menimbulkan efek samping dan kontraindikasi tertentu, terutama karena kandungan kafein dan taninnya. 

Individu dengan kondisi kesehatan tertentu dan mereka yang mengonsumsi obat-obatan tertentu harus berhati-hati atau menghindari konsumsi teh hijau. Wanita hamil dan menyusui juga perlu memperhatikan asupan mereka. 

Secara keseluruhan, meskipun teh hijau menawarkan manfaat kesehatan yang menjanjikan, penting untuk melihatnya sebagai bagian dari pendekatan holistik terhadap kesehatan yang mencakup diet seimbang dan olahraga teratur. 

Penelitian lebih lanjut masih diperlukan di banyak bidang untuk sepenuhnya memahami efek jangka panjang dan penggunaan optimal teh hijau untuk kesehatan. #Postingan Lainnya