Sepenggal Kisah Prabu Siliwangi dari KH Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir Al Manafi
lukisan prabu siliwangi di keraton kasepuhan cirebon |
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh. Robisrohli sodri wayasirli amri wahlul'ukdatamilisani yafqohuqowli amab'adu. Selamat pagi, siang, sore, malam para pemirsa di manapun berada!
Hari ini, saya akan kembali menuliskan atas apa yang sudah saya dengar, yakni; Sepenggal kisah Prabu Siliwangi yang bukan hanya sekedar kabar burung,
karena kisah ini diceritakan langsung oleh seseorang yang mempunyai silsilah keturunan sebagai berikut:
- Nabi Muhammad S.A.W
- Sayyidatuna Siti Fatimah Az-Zahra r.a
- Sayyidina Husen r.a
- Imam Zainal Abidin r.a
- Imam Muhammad Albaqir r.a
- Imam Muhammad Jafar Asodiq r.a
- Imam Ali Al'uroidi r.a
- Imam Muhammad Annaqib r.a
- Imam Isa Annaqib r.a
- Imam Ahmad Almuhajir r.a
- Imam Ubaydilah r.a
- Imam Alwi r.a
- Imam Muhammad r.a
- Imam Alwi r.a
- Imam Ali Kholaqosam r.a
- Imam Muhammad Sohibu Mirbat r.a
- Imam Alwi r.a
- Imam Abdul Malik r.a
- Imam Abdulloh Udmatukhon r.a
- Imam Ahmad Syah Jalal r.a
- Imam Jamaludin Alhusaini r.a
- Imam Ali Nuralam r.a
- Imam Umatudin Abdulloh/sultan syarif abdulloh r.a (yang menikah dengan anak prabu siliwangi)
- Syarif Hidayatulloh (sunan gunung jati)
- Maulana Abdurohman Alqodri Mataram
- Pangeran Atas Angin Cirebon
- Eyang Dipati Ukur I
- Eyang Dipati Ukur II
- Eyang Dipati Ukur III
- Eyang Dalem Nayasari Cimanganten Garut
- Eyang Dalem Naya Dirga
- Eyang Dalem H Abdulmanaf Mahmud
- Mbah Sayidi
- Mbah H Abdul Qohar Awal
- Mbah H Abdul Qohar Sani
- Mbah Gede
- Mbah Rois
- Mbah Hj Mariah
- Mama Bojong
- Mama Ahmad Toha Mustawi
- KH. Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir Al Manafi
di antaranya ada beberapa nama yang sama dan ada beberapa nama yang disebutkan berdasarkan nama julukannya saja.
Shalawat alburdah (ciri khas acara pengajian abuya di sumedang)
kh. muhammad muhyiddin abdul qodir al manafi |
Seperti apa yang dikatakan oleh KH Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir Al Manafi, mengingat Prabu Siliwangi merupakan nama sebuah gelar, jadi pada zaman dulu itu ada beberapa Prabu Siliwangi, seperti halnya Fir'aun, yang terdiri dari beberapa Fir'aun.
Jadi, agar supaya tidak simpang siur, Prabu Siliwangi yang dimaksud di sini adalah Prabu Siliwangi yang sudah beragama Islam.
Namun, cerita akan dimulai dari sebelum Prabu Siliwangi masuk agama islam. Dan kisahnya, berawal dari sini...
Pada suatu masa, Prabu Siliwangi ingin mempersunting Nyimas Subang Karancang, yang tak lain adalah putrinya Syekh Quro atau Syeikh Qurotul'ain Pulobata Karawang.
Kemudian, Prabu Siliwangi pun mendatangi Syekh Qurotul'ain untuk meminta izin terlebih dahulu. Setelah mendapatkan izin dari beliau, Prabu Siliwangi segera menghampiri Nyimas Subang Karancang untuk menanyakan perihal keinginannya itu.
Dikarenakan sudah mengatur siasat bersama sang ayah akan mengislamkan Prabu Siliwangi, tanpa berlama-lama Nyimas Subang Karancang pun bersedia diperistri oleh Prabu Siliwangi.
"Ya, saya bersedia menjadi istri paduka, tapi dengan 1 syarat!"
"Syarat apa itu Nyai?"
"Saya minta kongkorong bentang (kalung bintang) sebagai maharnya"
"Baiklah Nyai, permintaanmu akan aku penuhi"
Setelah sepakat, Prabu Siliwangi pun mulai menyusuri daratan, mendaki gunung, dan mengarungi lautan untuk mencari kongkorong bentang.
Namun, kerapkali hasilnya selalu nihil, kongkorong bentang tak kunjung ditemukan. Hingga pada akhirnya, Prabu Siliwangi mendapatkan sebuah isyarat, jika benda yang dicarinya itu ada di negeri Arab.
Seperti yang kita ketahui, bahwa Prabu Siliwangi adalah orang sakti mandraguna serta memiliki kesaktian yang sangat luar biasa.
Jadi, hanya dengan membaca mantra "Hong" seketika itu juga Prabu Siliwangi tiba di Negeri Arab.
lukisan prabu siliwangi di ruang pusaka wa idu durahman sumedang |
Setelah mencari tahu tentang apa yang dicarinya, di sana Prabu Siliwangi menemui salah seorang wali Alloh, yang bernama Sayyid 'ali (bukan sayyidina 'ali).
Lalu, diceritakanlah asal-usul, maksud, dan tujuan datangnya ke Negeri Arab.
"Jadi tujuan Andika datang ke sini untuk mencari kongkorong bentang?" Kata Sayyid 'ali sambil mengeluarkan sesuatu dari balik jubahnya.
Dan benar saja, ternyata yang dimaksud kongkorong bentang itu adalah semacam tasbih yang bercahaya, dan sinarnya bisa membuat wilayah tersebut menjadi terang benderang di malam hari.
ilustrasi kongkorong bentang/kalung bintang |
"Ya, itu yang saya cari, berapa saya harus membayarnya?"
"Ambil saja, dan jadikanlah mahar"
"Terima kasih, saya mohon pamit pulang ke Indonesia"
"Tunggu dulu, Andika gak akan bisa membawa pulang kongkorong bentang itu, sebelum Andika bisa mencabut tongkat yang tertancap ini"
"Baiklah, akan saya cabut tongkat itu"
Jika kita mendenggar kesaktian Prabu Siliwangi, jangankan mencabut tongkat yang tertancap di atas pasir, batu sebesar rumah pun bisa terangkat oleh Prabu Siliwangi.
Namun setelah berkali-kali mencoba mencabut tongkat yang tertancap tersebut, sama sekali tongkat tidak tercabut sedikit pun. Akhirnya, Prabu Siliwangi mengerahkan semua kesaktiannya.
"Hong!" "Hong!" "Hong!"
"Kenapa Andika terus menerus mengucapkan hong?"
"Itu adalah mantra untuk mengeluarkan kesaktian saya"
"Jangan mengucapkan itu, ucapkanlah; Bismillah..." (proses pertama; memasukan asma Alloh ke dalam hati prabu siliwangi)
Setelah mengucapkan bismillah, akhirnya Prabu Siliwangi bisa mencabut tongkat yang tertancap di atas pasir tersebut.
Singkat cerita, setelah pamitan dan akan kembali ke tanah Jawa, Prabu Siliwangi kembali mengucapkan mantranya agar bisa seketika tiba di Negara Indonesia.
"Hong" "Hong "Hong"
"Apa maksud Andika mengucapkan hong terus menerus?"
"Itu adalah mantra saya agar bisa secepat kilat tiba di suatu tempat yang saya inginkan"
"Andika sekarang sudah memegang kongkorong bentang, jadi untuk bisa segera tiba di mana saja, Andika harus mengucapkan bismillahirrohmanirrohim..."
Akhirnya, setelah Prabu Siliwangi mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, saat itu juga Prabu Siliwangi sudah berada di pulau jawa.
Kemudian, diserahkanlah kongkorong bentang tersebut kepada calon mertuanya, yakni syekh Qurotul'ain Pulobata Karawang.
Merasa sudah memenuhi permintaan Nyimas Subang Karancang, Prabu Siliwangi meminta kepada Syekh Qurotul'ain supaya segera dinikahkan dengan putrinya.
"Baiklah, Andika akan segera saya nikahkan dengan Nyimas Subang Karancang di masjid. Tapi, sebelum masuk ke dalam masjid, Andika harus membersihkan diri terlebih dahulu." (proses ke 2; diajari cara berwudhu)
Setelah berwudhu, lalu masuklah Prabu Siliwangi ke dalam masjid. Dan di sana, Prabu Siliwangi disuruh membaca 2 kalimat syahadat sebelum dinikahkan dengan Nyi Subang Karancang. (proses ke 3; mulai masuk Islam, namun dalam keadaan belum dikhitan)
Singkat cerita, ketika hari sudah gelap dan ke 2 nya hendak tidur, Nyimas Subang Karancang menangis, dan tangisannya itu membuat Prabu Siliwangi merasa kecewa.
Akhirnya, Prabu Siliwangi melaporkan kejadian itu kepada Syekh Qurotul'ain selaku ayah dari Nyimas Subang Karancang.
"Saya merasa kecewa ayahanda, kenapa ketika kami berdua hendak tidur, putrimu malah menangis?"
"oh, putriku menangis mungkin karena ada yang membuatnya ketakutan"
"Takut sama apa?"
"Ya, nanti kita tanyakan saja"
"Ananda Nyimas, kenapa kamu berlaku seperti itu terhadap suamimu?"
Dan Ternyata, setelah ditanyakan langsung kepada Nyimas Subang Karancang, yang membuatnya menangis ketakutan adalah kulupnya Prabu Siliwangi itu sendiri.
Menurut keterangan dari pak kyai, kulupnya itu mencapai 1 jengkal. Dikarenakan yang menuturkan kisah ini bukan anak kecil, jadi bisa dipastikan bahwa 1 jengkal di sini adalah 1 jengkal orang dewasa.
Kulup: Sirit/Kokocop/bagian yang dipotong saat disunat/dikhitan"Jadi harus bagaimana?" kata Prabu Siliwangi.
"Itu harus dipotong, menantuku"
"Tidak bisa! Sakit"
"Tidak akan sakit, saya jamin"
Pada akhirnya, dengan mengucapkan bismillahirrohmanirrohim, Prabu Siliwangi pun dikhitan oleh Syekh Qurotul'ain tanpa rasa sakit dan tidak mengeluarkan darah. Setelah selesai dikhitan, kemudian kulupnnya dikubur di halaman masjid.
Ketika keislaman Prabu Siliwangi sudah sempurna, mulai dari keyakinan, tauhid, dan lain sebagainya, kulup yang pada waktu itu dikubur di halaman masjid, menjelma menjadi sebuah makhluk yang di atas kepalanya ada kulupnya.
Jadi ternyata pemirsa, kulup yang dikubur di halaman masjid tersebut, dipakai/dijadikan kupluk oleh setan, sebab, seluruh kesaktian Prabu Siliwangi sebelum memeluk agama Islam, berkumpul di situ.
Semenjak saat situ, makhluk tersebut mengaku-ngaku jika Prabu Siliwangi itu adalah ayahnya, dan bersikeras ingin diakui anak oleh Prabu Siliwangi.
Karena ingin bertemu dengan sang ayah, meski dihadang oleh ratusan prajurit penjaga kerajaan, makhluk tersebut tetap memaksa menerobos masuk ke dalam istana.
Akhirnya, terjadilah peperangan antara ratusan penjaga istana kerajaan dengan 1 orang makhluk tersebut.
Namun, dari sekian ratus penjaga istana, tak ada satupun yang mampu mengalahkan makhluk yang mengaku bahwa dirinya itu adalah Prabu Pucuk Umun (pucuk = kulup, umun = sisanya).
Melihat bala tentara yang hampir semuanya tumbang, akhirnya kejadian tersebut dilaporkan kepada sri baduga maharaja (prabu siliwangi) yang kemudian makhluk tersebut dipersilahkan masuk ke dalam istana.
Melihat Prabu Pucuk Umun yang tetap keukeuh ingin diakui anak oleh Prabu Siliwangi, demi keamanan rakyat, akhirnya Prabu Pucuk Umun ini diakui anak oleh Prabu Siliwangi.
Setelah beberapa lama, karena menyebarkan paham-paham yang sesat dan para pengikutnya pun makin hari semakin bertambah banyak, Akhirnya Prabu Pucuk Umun beserta para pengikutnya dapat diusir oleh kanjeng syarif hidayatulloh.
Karena diserang oleh karomah kanjeng syarif hidayatulloh, mereka pun kabur tunggang-langgang ke sebuah hutan, yang sekarang hutan tersebut kita kenal dengan nama Baduy, Banten.
Setelah kabur ke sana, pengejaran Prabu Pucuk Umun dan para pengikutnya diteruskan oleh sultan Maulana Hasanudin Banten, hingga tak ada lagi Prabu Pucuk Umun dan para pengikutnya yang tersisa di sana.
Sebagai tambahan, ciri-ciri fisik sederhana yang bisa kita lihat dari keturunan-keturunan Prabu Siliwangi asli adalah; mereka memiliki gigi taring yang lebih panjang daripada gigi taring pada umumnya.
Berdasarkan keterangan dari KH Muhammad Muhyiddin Abdul Qodir Al Manafi, kisah ini beliau dapatkan langsung dari para leluhurnya yang diceritakan secara turun temurun.
Jadi, itulah sebabnya, kenapa kisah atau cerita ini dikatakan bukan hanya sekedar kabar burung. Demikianlah, sepenggal kisah Prabu Siliwangi dari pimpinan pondok pesantren islam internasional terpadu asy-syifaa wal mahmuudiyyah.