Di Bawah Bendera Hihid
Di tengah riuh rendahnya hiruk-pikuk teknologi yang terus berkembang, ada sebuah benda sederhana yang tetap kokoh bertahan dalam tradisi masyarakat kita.
Hihid, kipas berbentuk persegi empat yang digunakan untuk mengipasi arang saat membakar sate, adalah sebuah simbol dari kesederhanaan dan keunikan budaya Indonesia.
Hihid tidak hanya sekadar alat; ia adalah saksi bisu dari berbagai momen kebersamaan. Di bawah benderanya, keluarga dan teman-teman berkumpul, menikmati waktu bersama sambil menyiapkan hidangan khas yang dicintai banyak orang.
Saat arang mulai membara dan aroma daging yang terbakar perlahan menyebar, hihid berada di tangan seseorang, mengipasi arang dengan penuh semangat dan kesabaran.
Keberadaan hihid mengingatkan kita bahwa di balik gemerlapnya modernisasi, ada nilai-nilai tradisi yang tidak boleh terlupakan. Hihid mengajarkan kita tentang pentingnya ketelatenan dan kesederhanaan.
Proses mengipasi arang tidak bisa tergesa-gesa; dibutuhkan waktu dan tenaga, sebuah pengingat bahwa sesuatu yang baik sering kali membutuhkan usaha dan ketekunan.
Di era di mana alat pemanggang listrik dan kipas otomatis semakin marak, hihid tetap memiliki tempatnya.
Ia bukan hanya alat, melainkan juga simbol resistensi terhadap hilangnya sentuhan manusia dalam tradisi.
Menggunakan hihid saat membakar sate bukan sekadar proses memasak, melainkan sebuah ritual yang menyatukan generasi, membawa kita kembali ke akar budaya yang kaya.
Hihid juga melambangkan keberlanjutan dan ramah lingkungan. Dibuat dari anyaman bambu atau daun lontar, hihid adalah bukti bahwa kita bisa memanfaatkan sumber daya alam sekitar dengan bijak.
Tanpa perlu listrik atau bahan bakar tambahan, hihid melakukan tugasnya dengan efisien, sekaligus mengurangi jejak karbon kita.
Di bawah bendera hihid, kita diajak untuk merenungi makna kebersamaan dan pentingnya menjaga tradisi.
Hihid mungkin terlihat sederhana, namun ia mengandung pesan yang mendalam: bahwa dalam kesederhanaan, terdapat keindahan dan kekuatan yang mampu menyatukan.
Mari kita jaga dan lestarikan hihid sebagai bagian dari warisan budaya kita, sebagai pengingat bahwa dalam dunia yang terus berubah, ada nilai-nilai yang patut kita pertahankan.